Jumat, 25 Juni 2010

hey you!

kamu tau? perbincangan jarak jauh kita masih menyisakan tanda tanya disini. disudutsudut ruangan ini.

disini masih ada sia-sisa amarah luka dan durja kemarin. tidak kah kau baca isyaratku?
aku bisa menarik nafas tanpamu. aku menikmati ruangku berlari menangis tertawa menikmati gemricik hujan. tanpamu.

berdiri kokoh bak pohon kekar dengan akar menjalar mengelumpar tanpa perlu takut terlempar. tidak kah kau baca isyaratku?

tidak kah kau mengerti?

kalau kau mengerti mengapa dengan tegap dan lantang kau ucapkan maaf. atas kau yang terbagi dua.

setelah sekian lama itu teronggok disudut. ditumbuhi jamur dan dilupakan oleh waktu?

aku tidak butuh maafmu. t i d a k b u t u h!
tidak butuh serentetan kata-kata.

lalu mengapa dengan sombongnya kau masih punya mimpi untuk menyentuh jemariku dengan tanganmu yang telah menyentuh jemarinya?

kemari. tatap amarah yang masih menggelayut di tubuhku.
kamu. jangan sekali-sekali berani mengusik hidupku lagi.

tolong. mengertilah. sudut-sudut persimpangan yang mempertemukan kita tak lagi sama tak bersambung erat seperti dulu.
pergilah. aku lelah.

Minggu, 23 Mei 2010

lalu?


secangkir busa-busa manis.

jingga dibahuku. masih saja semu. tentang secangkir kopi dan sebatang rokok. pulang? pulang kemana.tak ada lagi tempat. atau kamu yang merasa tak ada tempat. tempat. bujur sangkar melingkar pepat merapat hingga sesak melesak kedalam. hujan masih saja menggebu hingga batu tak lagi membatu, terkikis. rapuh. melebur dalam tanah tanah. sesederhana itu. tidak. tidak sederhana. tidak ada yang sederhana.

apa kamu lihat-lihat?
jangan mengangguk seolah paham. paham. mengerti. atau pura-pura mengerti. atau sekedar ingin tahu. berhenti. berhenti melihat. tidak perlu. rasa takutmu.

kamu tidak tahu apa-apa. jangan pernah berspekulasi apapun. sedikitpun jangan. seinchi atau sejengkal sekalipun. pun palin pun pun hoplah!

peduli apa?
tidak. peduli.

cangkir busa-busa manis tinggal setengah. pasti akan habis. tidak kah bosan dengan yang manis? manis itu sakit.

menetes melebur hujan diluar tertutupi tersamari oleh peri-peri tanah basah pesimis menari lekas pergi putar-berputar memandanginya diam merabu kelabu

sudahlah. peduli apa kamu.

berhenti mengeluh. b e r i s i k!

cangkir busa-busa manis isinya tinggal seperempat. sesak tangisku pun tak bisa membangunkanmu. mati surikah kamu?

dan kamu. berhentilah ingin tahu yang bukan hakmu. agar tidak memburai terurai berserakan sepanjang taman-taman kota.

menarilah pergilah hingga lelah agar kamu lupa akan resah gelisah keluh kesah

adil adalah seimbang. negatif positif. kaya miskin. bukan sama rata.
suatu saat. mimpi. harapan.

tidak lelahkah berlari?
berpuluh-puluh tahun. sama saja.

haruskah marah? haruskah kecewa? haruskah tertawa?

disini saja. lebih nyaman.


biru. merah. kelabu. kamu tau kelabu karna kamu mengenal ungu.




cangkir busa-busa manis telah habis.








tidak kah kau baca isyaratku?

Senin, 17 Mei 2010

begini saja

lelah mungkin. tentang kamu. tentang semua. tentang secangkir kopi yang tak lagi mengepul.di sudut-sudut kotor yang sama namun tak lagi sama. muak. jengah. sudahlah. tidak cukupkah?
begini saja. bisahkah kita kembali ke titik awal? lalu berhenti disitu? atau begini saja?
begini saja. asal kamu tidak merongrong seperti kucing yang sedang kasmaran.
begini saja. pergilah. saya lelah.
senja-senja yang sama. sebelum. saat. dan sesudah. tidak ada sesal. tapi itu seperti secangkir kopi hitam. kesenangan yang menyakitkan. sakit. bahagia. tangis. tawa. jangan diputar kembali. jangan.
perlukah ada kata dan maki agar mengerti? tidak bisakah kamu baca isyarat-isyarat yang ku kirim?
tidak bisakah begini saja?
seperti yang ku mau.

unspoken things


ketika saya membaca jurnal sahabat saya, saya teringat akan jalan puluhan kilo ketika kami mengitari kota. membahas hal-hal yang tak terkatakan secara lisan.
banyak hal-hal yang jauh lebih nyaman ketika tidak dikatakan. seperti kata melancholic bitch, kita berdua tak pernah ucapkan maaf tapi saling mengerti.

tidak semua perlu dijelaskan.

saya dibesarkan dengan cara begitu, saya tau kalau kamu tau dan kamu tau bahwa saya tau. sama-sama mengerti. tidak perlu dikatakan.

sayangnya ketika dihadapi dengan hal-hal asing dan orang lain, unspoken things menjadi hal yang menggemaskan. menggemaskan karna saya tidak mengerti apa maumu karna kamu tidak berbicara secara langsung. mungkin kalau kamu tidak berbicara tapi memperjelas semuanya secara isyarat, kita akan saling mengerti.

Minggu, 31 Januari 2010

satu dua tiga dua puluh

saya mengambil langkah untuk menjelajah seperempat negri ini, berharap dengan sendirinya saya diperjalanan saya bisa berfikir. iya berfikir tentang kamu. kamu.

saya gundah. resah. saat dua puluh hari perjalanan itu dimulai. semuanya terasa membawa saya kembali kepada kamu.semua lagu menjadi tentang kamu. semua bercerita tentang kamu.

saya bingung. saya bingung ketika bagian atas kulit urat nadi saya tersayat, dan kamu tidak ada.

saya tertegun menyadarinya. sembilan ratus hari lebih kamu selalu ada. dalam duka suka dan berbagai rupa.

saya sadar. saya tidak perlu dua puluh hari merenung. saya tau. saya cinta kamu. kamu hidup saya.

saya tau kamu tidak lagi ada. saya juga tidak berani mencari. kamu pergi. tidak ingin kembali. saya ikhlas.

Jumat, 25 Desember 2009

time travellers

saya pernah membaca sebuah short story bilingual di sebuah majalah. berjudul time travellers, ceritanya tentang sebuah editor yang meminta ia menulis sebuah cerita tentang ia ingin kemana mengunjungi apa dalam lima tempat. sebuah perjalanan yang hanya dirangkai dalam kata-kata. ia pun bertanya kepada editor "apa untungnya perjalanan hanya dalam kata-kata?", editor dengan santai menjawab "lah kan enak jalan-jalannya jadi murah, ga perlu mengeluarkan biaya kan? kamu juga ga perlu takut terjangkiti virus H1N1 yang sedang mewabah sekarang."

saya jadi terfikir, akan kemana saya pergi?
saya jadi ikut-ikutan merangkai kata tentang perjalanan dalam benak saya. saya ingin mengunjungi pantai di Bali, melihat matahari terbenam di Pulau dewata. mengunjungi pasar-pasar kesenian di bali. menikmati matahari di Gili trawangan, Lombok. berjalan kaki sore hari di Braga, Bandung.

saya tidak ingin pergi jauh-jauh dulu. buat apa saya keliling dunia kalau saya belum menginjakkan kaki di tanah para dewa?

well, tapi tetap saja saya ingin mengunjungi secara langsung, tidak hanya dalam batasan kata-kata.

ah yang terus menghantui saya malah jalan-jalan bukannya ujian saya yang mencekam di depan mata.

Rabu, 11 November 2009

andai dunia tidak 24 jam

saya terlalu lelah dengan segala aktifitas saya. saya rindu saat saat saya duduk bersantai menikmati sore menjelang. kegiatan saya akhir akhir ini sangat menumpuk. saya rakus. ingin mengambil semua tawaran aktifitas yang diberikan ke saya. kapan lagi? saya tidak ingin ketika tersadar, saya tidak menjadi apa- apa. hanya kuliah-pulang.